PENGAWETAN TANAH Dan AIR
Manusia
tergantung pada tanah dan air sampai batas-batas tertentu. Tanah dan air yang
baik tergantung pada manusia dan pengelolanya. Tanah sebagai tubuh alam dimana
tumbuhan dapat hidup. Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya
agar tetap menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Sedangkan Air
merupakan komponen lingkungan yang paling penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Untuk itu kita harus bisa memanfaatkan tanah dan air dengan sebaik-baiknya,
agar tanah yang kita tempati ini gampang tererosi dan air yang kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari tidak mengalami pencemaran maka harus menjaga pemanfaatannya
dengan baik.
Apabila
tanah tersebut tidak terjaga kesuburannya maupun kelestariannya, maka tanah
tersebut akan mengalami erosi. Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh
angin, air atau es. Erosi dapat terjadi
karena sebab alami
atau disebabkan oleh
aktivitas manusia. Erosi dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Iklim
Pada daerah
tropis faktor iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap laju erosi adalah
hujan. Besarnya curah hujan menentukan kekuatan dispersi, daya pengangkutan dan
kerusakan terhadap tanah (Arsyad, 1989).
2. Tanah
Tanah merupakan
faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi. Faktor-faktor tanah
yang berpengaruh antara lain adalah
(1) ketahanan tanah terhadap daya rusak dari
luar baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan
(2) kemampuan tanah untuk menyerap air hujan
melalui perkolasi dan infiltrasi (Utomo, 1989).
Kepekaan atau
ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia
tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas
tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut
tererosi.
3. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang
menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut
menentukan
besarnya kecepatan dan volume limpasan hujan. Kecepatan limpasan hujan ditentukan oleh kemiringan lereng dan
panjang . Menurut Nurpilihan (2000) bahwa
secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan
panjang lereng.
4. Tanaman
Pengaruh
vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu:
(a) intersepsi hujan oleh tajuk
tanaman
(b) mempengaruhi kecepatan aliran
permukaan dan kekuatan perusak air
(c) pengaruh
akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan
vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas tanah
(d) transpirasi
yang mengakibatkan keringnya tanah (Arsyad, 1983).
Hutan atau
padang rumput yang tebal merupakan pelindung tanah yang efektif terhadap bahaya
erosi. Tanaman yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar
dibandingkan tanaman yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih
dapat merusak tanah pada saat jatuh di permukaan tanah. Selain mengurangi
pukulan butir-butir air hujan pada tanah, tanaman juga berpengaruh dalam
menurunkan kecepatan aliran permukaan dan mengurangi kandungan air tanah
melalui transpirasi (Rachman, 1991).
5. manusia
Tindakan manusia yang semena-mena atau tidak mengikuti
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air maka akan menyebabkan erosi yang dipercepat. Sebagai contoh adalah
penebangan hutan yang tidak mengindahkan aturan; misalnya pemerintah telah
menetapkan bahwa pada hutan produksi, tanaman hutan baru boleh ditebang bila diameter
tanaman sudah sama atau melebih 60 sentimeter. Namun yang terjadi adalah bahwa
tanaman hutan yang diameter batangnya kurang dari 60 sentimeterpun sudah
ditebang.
A. Pengertian
Pengawetan Tanah Dan Air
Pengawetan tanah
adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan
kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak
terjadi kerusakan lahan. Konservasi tanah ini tidak bisa lepas dari konservasi
air yaitu penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk keperluan pertanian secara
efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di musim
hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Pengawetan air adalah usaha-usaha agar air dapat lebih
banyak disimpan di dalam tanah sehingga dapat digunakan tanaman dan mengurangi
terjadinya banjir dan erosi. Salah satu usaha dasar dalam pengawetan
tanah dan air adalah menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya.
Pengawetan Tanah Dan Air adalah usaha/ upaya
menjaga/ memperbaiki ataupun meningkatkan keawetan peranan dan fungsi tanah maupun
air secara berkelanjutan. Tanah-tanah yang tidak lagi dapat berperan dan
berfungsi faktor produksi dan faktor lingkungan maka tanah itu dikelompokkan
sebagai tanah rusak.
Pengawetan tanah
tidak lepaslah dari pengawetan air, karena tanah merupakan tempat penyimpanan
air tanah. Jika fungsi tanah pada suatu daerah sudah tidak optimal maka
berdampak pada kurang tersedianya air tanah. Menurut Maryono, dkk. (2000)
Pengawetan tanah berpengaruh juga terhadap pengawetan air sehingga sering
disebut pengawetan tanah dan air, diupayakan dengan cara pengendalian erosi
melalui:
1. penyerapan daya pukul butir air
hujan,
2. penyerapan daya kikis aliran air,
3. pengurangan kecepatan dan jumlah
aliran air,
4. penyerapan daya tahan tanah terhadap
erosi, dan
5. pencegahan gerakan tanah longsor.
Untuk itu dalam pengawetan tanah terdapat beberapa
metode. Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1.
melindungi
tanah dari curahan langsung air hujan
2.
meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah
3.
mengurangi
run off (aliran air dipermukaan tanah)
4.
meningkatkan
stabillitas agregat tanah
metode
pengawetan tanah dibagi menjadi tiga yaitu metode vegetatif, mekanik/ teknik
dan metode kimia. Untuk itu akan dijelaskan tentang metode pengawetan
tanah sebagai berikut:
1. Metode
Vegetatif
Metode
vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi
(tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam
pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode
vegetatif antara lain:
a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali
hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti akasia, angsana,
flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan
menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan
gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara.
Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil kayunya.
c. Penanaman secara kontur (contour strip
cropping), yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah.
Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%.
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering),
yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara.
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan,
memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip
cropping), yaitu melakukan pe-nanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah
angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan
lebih dari 8% jarak tanaman dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan
erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
f.
Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara
bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan
musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.
2. Metode
Mekanik/Teknik
Metode
mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah
yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung dan menyalurkan
aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum
dilakukan pada metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur
(contour village), yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air, dan memperbesar resapan air.
b. Pembuatan tanggul/ guludan/ pematang
bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar
air hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat
ditanami palawija.
c. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat
teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan
mengurangi erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase). Saluran
pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang
pendek, sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke
sungai.
3. Metode
Kimia
Metode
kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur
tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan
struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air
infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil.
Penggunaan
bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup
efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat sekarang ini umumnya masih dalam
tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan
untuk tujuan ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia
tersebut dicampur dengan air, misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian
dicampur dengan tanah.
Selain menggunakan tiga metode
diatas ada juga cara yang lain yaitu dengan Cara pengawetan tanah yang dapat
ditempuh adalah:
1.
Memberi pupuk/pemupukan sesuai dengan
jenis tanah baik pupuk kandang maupun pupuk buatan
2.
Membuat saluran irigasi untuk pengairan
sawah yang jauh dari mata air
3.
Membuat sengkedan untuk mencegah erosi
tanah
4.
Menjaga tanah dari penggunaan zat/
bahan- bahan kimia yang merugikan
5.
Menanami lahan yang gundul untuk
membantuk agar tidak terjadi erosi
6.
Melakukan rotasi tanaman pada satu
bidang tanah
7.
Melaksanakan penghijauan dengan cara
memberi humus pada tanah
8.
Memelihara cacing tanah dalam tanah
untuk menggemburkan tanah
Tujuan dan sasaran utama pengawetan
tanah dan air adalah
1). Mencegah terjadinya kerusakan
tanah dan air, atau menjaga dan mempertahankan fungsi dan peranan tanah baik
sebagai fungsi produktivitasnya, fungsi lingkungan, fungsi hydrologis, dsb.
2). Memperbaiki tanah-tanah yang
mengalami kerusakan
3). Meningkatkan fungsi dan peranan
tanah untuk berbagai kepentingan agar tanah dan air produktif secara
berkelanjutan.
B. Prinsip
Dasar Pengawetan Tanah Dan Air
Dalam
pengawetan tanah terdapat Prinsip Dasar Pengetahuan Konservasi/ Pengawetan
Tanah dan Air.
1. Melindungi dan menjaga keawetan peranan dan
fungsi tanah dan air secara berkelanjutan
2. Memperbaiki peranan dan fungsi tanah dan air
yang mengalami kerusakan.
3. Meningkatkan peranan dan fungsi tanah dan air
sampai pada tingkat optimal
4. Usaha / tindakan pengawetan tanah dan air
didasarkan pada persyaratan kebutuhan yang disesuaikan dengan tingkat
kesesuaian lahan yang ada.
5. Peruntukan dan penggunaan tanah yang berasaran
tujuan pencapaian hasil dan produksi yang optimal per satuan luas secara
berkelanjutan tidak lain sejalan dengan usaha mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan. Dengan demikian usaha pengawetan tanah dan air adalah juga usaha
pengawetan lingkungan.
6. Usaha / tindakan pengawetan tanah tidak
berarti melarang penggunaan / pemanfaatan tanah dan air tetapi bagaimana tanah
dan air dapat dimanfaatkan secara optimal namun tidak membuat terjadinya
kerusakan tanah dan air ataupun tidak merusak tanah setempat dan tanah di
tempat lain yang dipengaruhinya.
C. Usaha
Pengawetan Tanah dan Air
Usaha pengawetan
tanah dan air adalah usaha untuk mencegah pengangkutan material tanah yang
membuat lapisan tanah bertambah dangkal tidak lain adalah usaha untuk menekan
bahaya erosi sampai ke tingkat yang tidak membahayakan (ambang erosi). Pengawetan
tanah dan air tidak lain merupakan upaya untuk memantapkan struktur tanah agar
tidak mudah terdispersi, dan upaya untuk memperbesar daya infiltrasi/perkolasi
tanah serta memperbesar daya tampung tanah terhadap air. Usaha memantapkan
struktur tanah dan usaha meningkatkan daya infiltrasi tanah masih dapat
dilakukan, namun upaya memperbesar daya tampung tanah terhadap air adalah usaha
yang tidak mungkin atau sangat sulit dilakukan karena daya tampung tanah
terhadap air hanya bisa dilakukan bila solum tanah dipertebal ( volume tanah
termasuk ruang pori total tanah ), terlebih bila daerahnya berlereng yang
berada di dataran tinggi adalah satu hal yang sulit dilakukan.
Usaha-usaha mengawetkan tanah dan air berorientasi
(bersasaran tujuan) untuk mengawetkan fungsi tanah dan air secara berkelanjutan
meliputi :
1. Fungsi produktivitasnya (media tumbuh).
1. Fungsi produktivitasnya (media tumbuh).
2.
Fungsi lingkungannya
3.
Fungsi hydrologinya, dsb.
Untuk itu usaha-usaha pengawetan tanah ditujukan pada
peruntukan dan pemanfaatan tanah yang dapat dibagi menjadi dua meliputi :
1).
Kawasan lahan yang dibudidayakan, meliputi :
a. Untuk pembangunan di sektor pertanian tanaman
pangan ( semusim dan holtikultura, rempah-rempah dan tanaman obat-obatan).
b. Untuk pembangunan perkenunan ( tanaman semusim,
tahunan, industri).
c. Untuk pembangunan perikanan.
d. Untuk pembangunan peternakan.
2).Kawasan/ lahan non budidaya , meliputi :
a.
Hutan
b.
Perkotaan/ pemukiman
c.
Perindustrian ( kawasan industri )
d.
Pertambangan
e.
Cagar alam
f.
Marga satwa
g.
Wisata alam, wisata budaya, reboisasi
h. Pembangunan fasilitas infrastruktur (
jalan, jembatan, PAM, waduk, fasilitas pengairan/irigasi, PLN ( listrik) dan
fasilitas umum lainnya).
Usaha pengawetan tanah dan air yang
sifatnya preventif ( pencegahan )
Usaha pengawetan
tanah dan air secara preventif yakni usaha pencegahan baik secara tidak
langsung maupun secara langsung pada tanah dan air sejak areal penggunaan
lahan, bahkan sejak dalam proses perencanaan penggunaan lahan mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kerusakan tanah dan air.
a. Usaha pengawetan tanah dan air secara preventif
tidak langsung
Usaha ini telah dikonsep dan diprogram dalam proses perencanaan penggunaan lahan baik untuk kepentingan pembanguann wilayah maupun pembangunan bagian tertentu (lokasi). Kaitan pengawetan tanah dan air dengan pembangunan wilayah ( penggunaan lahan untuk pembangunan secara menyeluruh ) lebih ke hubungan aspek fisik lingkungan, untuk itu wilayah harus dilihat secara menyeluruh sebagai suatu sistem ekologi tidak berdasarkan per segmen (bagian) wilayah.
Usaha ini telah dikonsep dan diprogram dalam proses perencanaan penggunaan lahan baik untuk kepentingan pembanguann wilayah maupun pembangunan bagian tertentu (lokasi). Kaitan pengawetan tanah dan air dengan pembangunan wilayah ( penggunaan lahan untuk pembangunan secara menyeluruh ) lebih ke hubungan aspek fisik lingkungan, untuk itu wilayah harus dilihat secara menyeluruh sebagai suatu sistem ekologi tidak berdasarkan per segmen (bagian) wilayah.
b. Usaha pengawetan tanah dan air secara preventif
langsung
Usaha preventif langsung juga telah
dikonsep dan diprogramkan dalam proses perencanaan penggunaan lahan, mulai dari
rencana penggunaan lahan, di dalam aspek manajemen penggunaan lahan, mulai dari
rencana land clrearing, sampai panen. Usaha preventif langsung meliputi :
1.
Penentuan waktu tepat dari setiap tahapan
kegiatan pelaksanaan
2.
Penentuan dan pemilihan peralatan yang
tepat dan efisien
3.
Penentuan dan pengaturan cara
pelaksanaan yang tepat
4.
Penempatan jenis fasilitas pendukung
maupun fasilitas untuk usaha pengawetan tanah dan air secara tepat seperti
penempatan sistem jaringan jalan ( farm road ), sistem drainase, ataupun
pembuatan terrasering.
5.
Menentukan seed bed & root bed yang
kualitasnya disesuaikan dengan karakteristik lahan dan persyaratan kebutuhan
jenis tanaman yang akan diusahakan
6.
Menentukan sistem pertanaman/pola tanam
berdasarkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman.
7.
Manajemen pemeliharaan tanaman
8.
Teknik panen dan transportasi yang tepat
dan benar yang tidak membuat tanah menjadi padat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2276586-metode-pengawetan-tanah-dan-air/